Senin, 28 Mei 2012

Jurnalistik dan Media Massa Pengertian Jurnalistik Secara harfiah, jurnalistik (journalistic) artinya kepenulisan. Kata dasarnya adalah jurnal (journal) yang berarti laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day), dari bahasa Yunani kuno, du jour yang berarti hari. Secara konseptual jurnalistik dapat dipahami dalam tiga hal, yaitu dari sudut pandang:  proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa.  teknik, jurnalistik adalah keahlian atau ketrampilan menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature). Termasuk di dalamnya adalah keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa dan wawancara.  ilmu, jurnalistik adalah bidang kajian mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Sebagai ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan. Dengan demikian, jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan. Jurnalistik adalah kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya. Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa. Produk Jurnalistik Produk utama jurnalistik adalah Berita. Berita adalah laporan peristiwa yang baru terjadi atau kejadian aktual yang dilaporkan di media massa. Berita adalah laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita. Ada beberapa jenis berita diantaranya berita langsung (straight news), berita investigasi, dan sebagainya. Disamping itu juga ada produk atau jenis tulisan lain yaitu artikel, yaitu pandangan atau pendapat mengenai suatu masalah atau peristiwa. Jenis informasi ini antara lain kolom, tajuk rencana, artikel, surat pembaca, karikatur, pojok, dan esai. Ada juga tulisan yang tidak termasuk berita juga tidak bisa disebut artikel, yakni feature, yang merupakan perpaduan antara antara berita dan opini. Termasuk jenis ini feature biografi, feature catatan perjalanan, dan feature human interest dan sebagainya. Media Massa Media massa adalah sarana komunikasi massa atau alat penyampai berita. Ciri-ciri media massa adalah disebarluaskan kepada khalayak luas, pesan atau isinya bersifat umum, tetap atau berkala, berkesinambungan atau terjaga kontinuitasnya, dan berisi hal-hal baru aktualitas. Fungsi Media Massa Negara berkewajiban untuk memberikan informasi seluas-luas bagi seluruh warganya dalam hal mendapatkan informasi. Kewajiban negara ini harus dipenuhi agar kehidupan bernegara bisa berjalan sehat. Oleh karena itu negara mengeluarkan UU No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, sebagai jaminan bagi seluruh warga negara mendapatkan informasi seluas-luasnya. Media massa memiliki fungsi dan peran sangat penting sebagai pengemban amanat rakyat, dalam mewakili kepentingan publik untuk mendapatkan informasi tersebut. Karena itulah kebebasan pers juga perlu mendapat jaminan atau payung hukum yaitu dikeluarkannya UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers. Jenis Media Massa Ada beberapa jenis media massa, yaitu media massa cetak, media massa elektronik, dan media massa online (cybermedia). Termasuk dalam jenis media elektronik adalah radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak –berdasarkan formatnya— adalah koran/suratkabar, tabloid, newsletter, majalah, buletin, dan buku. Media online adalah website internet yang berisikan informasi aktual layaknya media massa cetak. Nilai Berita Ada beberapa hal yang mempengaruhi sebuah kejadian layak diberitakan atau memiliki nilai berita. Diantaranya adalah; 1. Kedekatan. (fisik maupun emosional). Orang cenderung tertarik bila membaca berita yang peristiwa atau kejadiannya dekat dengan wilayahnya dan juga perasaan emosional berdasarkan ikatan tertentu. 2. Ketenaran. Orang terkenal memang sering menjadi berita. 3. Aktual. Berita, terutama straight news, haruslah berupa laporan kejadian yang baru-baru ini terjadi atau peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan. 4. Dampak. Sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat luas memiliki nilai berita 5. Menonjol. Prestasi besar, kerusakan besar, kemenangan besar, dsb. 6. Konflik. Berita tentang adanya bentrokan, baik secara fisik maupun nonfisik. Misalnya bentrokan antar manusia, manusia dengan binatang, antar kelompok, bangsa, etnik, agama, kepercayaan, perang dsb. Khusus kategori ini, ada tugas khusus media massa untuk mengurangi dampak. 7. Keanehan. Sesuatu yang tidak lazim mengundang perhatian orang di sekitarnya. Orang yang berdandan esktrentrik, bergaya hidup tidak seperti umumnya, memiliki ukuran fisik yang beda dsb. Sedangkan berita itu sendiri harus memenuhi beberapa unsur. Diantara yang harus terpenuhi dalam pemberitaan adalah A, B, C, D, E (acurate, balance, clear, development, education). PENDAHULUAN Kegiatan jurnalistik sebenarnya sudah lama dikenal manusia di dunia ini, karena selalu hadir di tengah-tengah kita, seiring dengan kegiatan pergaulan hidup manusia yang dinamis, terutama sekali di era informasi dan komunikasi dewasa ini. Pada zaman dahulu, kegiatan jurnalistik tentu saja masih sangat sederhana dan medianya belum berupa koran, tabloid, majalah, radio, televisi, apalagi internet. Seiring perubahan dan perkembangan zaman, kegiatan jurnalistik pun mengalami proses yang sangat dinamis. Dengan munculnya media internet, kegiatan dan cabang jurnalistik pun turut berubah. Media massa cetak yang mapan pun harus menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan tersubut, yang ditandai dengan munculnya versi online mereka. Misalnya harian Kompas (Jakarta), harian Media Indonesia (Jakarta), harian Jawa Pos (Surabaya), harian Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), harian Pikiran Rakyat (Bandung), harian Suara Merdeka (Semarang), tabloid olahraga Bola (Jakarta), dan harian Fajar (Makassar). Mereka kini juga muncul dengan versi online yang berita-beritanya dapat diakses secara gratis lewat internet. Media cetak yang tidak punya versi online akhirnya tertinggal dan lama-kelamaan bisa mati digilas oleh perubahan itu. Sebutlah misalnya harian Pedoman Rakyat di Makassar yang terbit sejak 1 Maret 1947, akhirnya mati dan tidak terbit lagi sejak 3 Oktober 2007. Entah bagaimana kegiatan jurnalistik dan bentuk media massa ke depan. Yang pasti, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa manusia melakukan atau mengikuti perubahan. Jika kita tidak berubah, maka yakinlah, kita pasti akan digilas oleh perubahan itu. PENGERTIAN JURNALISTIK Pengertian atau definisi jurnalistik sangat banyak. Secara etimologi, jurnalistik berasal dari dua suku kata, yakni jurnal dan istik. Jurnal berasal dari bahasa Perancis, jounal, yang berarti catatan harian. Dalam bahasa Latin, juga ada kata yang hampir sama bunyi dan upacannya dengan journal yakni diurna, yang mengandung arti hari ini. Pada zaman Kerajaan Romawi Kuno saat Julius Caesar berkuasa, dikenal istilah acta diurna yang mengandung makna rangkaian akta (gerakan, kegiatan, dan kejadian). Kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan. Keindahan dimaksud adalah mewujudkan berbagai produk seni dan atau keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan, seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara. Dalam hal ini meliputi semua macam bangunan, kesusastraan, dan musik. Hasil seni dan atau keterampilan dimaksud mengandung nilai-nilai yang bisa diminati dan dinikmati manusia pengagumnya, karena keindahan tersebut mengandung makna yang luas, serta mencakup sifat-sifatnya yang obyektif dan subyektif. Dengan demikian, secara etimologis, jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari. Karya seni dimaksud memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian khalayaknya (pembaca, pendengar, pemirsa), sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya. Di dalam istilah jurnalistik juga terkandung makna sebagai suatu seni dan atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi dalam bentuk berita secara indah agar dapat diminati dan dinikmati, sehingga bermanfaat bagi segala kebutuhan pergaulan hidup khalayak. Secara lebih luas, pengertian atau definisi jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuaia dengan kehendak para jurnalisnya. (Kustadi Suhandang, 2004 : 21) Masih banyak definisi atau pengertian jurnalistik, antara lain kejadian pencatatan dan atau pelaporan, serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari (Astrid S. Susanto, 1986, Komunikasi Massa, Hal. 73). Onong Uchjana Effendy (1981: 102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarluasannya kepada masyarakat. A.W. Widjaja (1986: 27) menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu secepat-cepatnya. Ensiklopedi Indonesia secara rinci menerangkan bahwa jurnalistik adalah bidangprofesi yang mengusahakan penyajian informasi tengang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. Secara harfiah, jurnalistik artinya kewartawanan atau hal-ikhwal pemberitaan. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis di surat kabar, majalah, dan media massa lainnya. SEJARAH JURNALISTIK Ada yang berpendapat bahwa Nabi Nuh, adalah orang pertama yang melakukan pencarian dan penyampaian berita. Dikisahkan bahwa pada waktu itu sebelum Allah SWT menurunkan banjir besar, maka diutuslah malaikat menemui dan mengajarkan cara membuat kapal laut sampai selesai kepada Nabi Nuh. Kapal tersebut dibuat di atas bukit dan bertujuan mengevakuasi Nabi Nuh bersama sanak keluarganya dan seluruh pengikutnya yang saleh dan segala macam hewan masing-masing satu pasang. Setelah semua itu dilakukan, maka turunlah hujan selama berhari-hari yang disertai angin kencang dan kemudian terjadilah banjir besar. Dunia pun dengan cepat menjadi lautan yang sangat besar dan luas. Nabi Nuh bersama orang-orang yang beriman lainnya dan hewan-hewan di dalam kapal laut, berlayar dengan selamat di atas gelombang lautan banjir yang sangat dahsyat. Setelah berbulan-bulan lamanya, Nabi Nuh beserta orang-orang beriman lainnya mulai khawatir dan gelisah, karena persediaan makanan mulai berkurang. Masing-masing penumpang pun mulai bertanya-tanya, apakah banjir besar itu memang tidak berubah atau bagaimana? Mereka pun berupaya mencari dan meminta kepastian. Atas permintaan dan desakan tersebut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air, dan kian kemari mencari makanan, ternyata upayanya sia-sia belaka. Burung dara itu hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun (olijf) yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun di patuknya dan dibawanya pulang ke kapal. Atas datangnya kembali burung itu dengan membawa ranting zaitun, Nabi Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan bumi masih tertutup air, sehingga burung dara itu pun tidak menemukan tempat untuk istirahat. Maka kabar dan berita itu pun disampaikan Nabi Nuh kepada seluruh anggota penumpangnya. Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama kali di dunia. Malah ada yang menyimpulkan bahwa Kantor Berita pertama di dunia adalah Kapal Nabi Nuh. Dalam sejarah Kerajaan Romawi disebutkan bahwa Raja Imam Agung menyuruh orang membuat catatan tentang segala kejadian penting. Catatan itu dibuat pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumah raja). Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya. Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannya. Julius Caesar mengumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu (60 SM). Papan tulis itu dikenal dengan nama acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi acta diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat lain. Acta diurna itulah yang disebut-sebut sebagai cikal bakal lahirnya surat kabar harian. Seiring kemajuan teknologi informasi, maka yang bermula dari laporan harian maka tercetaklah menjadi surat kabar harian. Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi). Media informasi tidak puas hanya dengan televisi, maka lahirlah internet, sebagai jaringan yang bebas dan tidak terbatas. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah lahir banyak media (multimedia). Seorang yang membuka internet, bisa sekaligus mendengar berita radio, atau mendengarkan musik, atau menonton siaran televisi. SEJARAH JURNALISME INDONESIA Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit. Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia. Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia (TVRI) muncul dengan teknologi layar hitam putih. Di masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan (pemberangusan) media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh nyata dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan (Deppen) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto sebagai Presiden RI, pada 1998. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi kewartawanan. Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers. Pengertian Jurnalistik Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis. Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya>>… laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak. Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu. 1. Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis). 2. Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara. 3. Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan. Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa. Informasi : News & Views Informasi adalah pesan, ide, laporan, keterangan, atau pemikiran. Dalam dunia jurnalistik, informasi dimaksud adalah news (berita) dan views (opini). Berita adalah laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values) –aktual, faktual, penting, dan menarik. Berita disebut juga “informasi terbaru”. Jenis-jenis berita a.l. berita langsung (straight news), berita opini (opinion news), berita investigasi (investigative news), dan sebagainya. Views adalah pandangan atau pendapat mengenai suatu masalah atau peristiwa. Jenis informasi ini a.l. kolom, tajukrencana, artikel, surat pembaca, karikatur, pojok, dan esai. Ada juga tulisan yang tidak termasuk berita juga tidak bisa disebut opini, yakni feature, yang merupakan perpaduan antara news dan views. Jenis feature yang paling populer adalah feature tips (how to do it feature), feature biografi, feature catatan perjalanan/petualangan, dan feature human interest. Penyusunan Informasi Informasi yang disajikan sebuah media massa tentu harus dibuat atau disusun dulu. Yang bertugas menyusun informasi adalah bagian redaksi (Editorial Department), yakni para wartawan, mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur Desk, Reporter, Fotografer, Koresponden, hingga Kontributor. Pemred hingga Koresponden disebut wartawan. Menurut UU No. 40/1999, wartawan adalah “orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin”. Untuk menjadi wartawan, seseorang harus memenuhi kualifikasi berikut ini: 1. Menguasai teknik jurnalistik, yaitu skill meliput dan menulis berita, feature, dan tulisan opini. 2. Menguasai bidang liputan (beat). 3. Menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Teknis pembuatannya terangkum dalam konsep proses pembuatan berita (news processing), meliputi: 1. News Planning = perencanaan berita. Dalam tahap ini redaksi melakukan Rapat Proyeksi, yakni perencanaan tentang informasi yang akan disajikan. Acuannya adalah visi, misi, rubrikasi, nilai berita, dan kode etik jurnalistik. Dalam rapat inilah ditentukan jenis dan tema-tema tulisan/berita yang akan dibuat dan dimuat, lalu dilakukan pembagian tugas di antara para wartawan. 2. News Hunting = pengumpulan bahan berita. Setelah rapat proyeksi dan pembagian tugas, para wartawan melakukan pengumpulan bahan berita, berupa fakta dan data, melalui peliputan, penelusuran referensi atau pengumpulan data melalui literatur, dan wawancara. 3. News Writing = penulisan naskah. Setelah data terkumpul, dilakukan penulisan naskah. 4. News Editing = penyuntingan naskah. Naskah yang sudah ditulis harus disunting dari segi redaksional (bahasa) dan isi (substansi). Dalam tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematika penulisan, dan substansi naskah, termasuk pembuatan judul yang menarik dan layak jual serta penyesuaian naskah dengan space atau kolom yang tersedia. Setelah keempat proses tadi dilalui, sampailah pada proses berikutnya, yakni proses pracetak berupa Desain Grafis, berupa lay out (tata letak), artistik, pemberian ilustrasi atau foto, desain cover, dll. Setelah itu langsung ke percetakan (printing process). Penyebarluasan Informasi Yakni penyebarluasan informasi yang sudah dikemas dalam bentuk media massa (cetak). Ini tugas bagian marketing atau bagian usaha (Business Department) –sirkulasi/distribusi, promosi, dan iklan. Bagian ini harus menjual media tersebut dan mendapatkan iklan. Media Massa Media Massa (Mass Media) adalah sarana komunikasi massa (channel of mass communication). Komunikasi massa sendiri artinya proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak. Ciri-ciri (karakteristik) medi massa adalah disebarluaskan kepada khalayak luas (publisitas), pesan atau isinya bersifat umum (universalitas), tetap atau berkala (periodisitas), berkesinambungan (kontinuitas), dan berisi hal-hal baru (aktualitas). Jenis-jenis media massa adalah Media Massa Cetak (Printed Media), Media Massa Elektronik (Electronic Media), dan Media Online (Cybermedia). Yang termasuk media elektronik adalah radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak –berdasarkan formatnya— terdiri dari koran atau suratkabar, tabloid, newsletter, majalah, buletin, dan buku. Media Online adalah website internet yang berisikan informasi- aktual layaknya media massa cetak. Produk Utama Jurnalistik: Berita Aktivitas atau proses jurnalistik utamanya menghasilkan berita, selain jenis tulisan lain seperti artikel dan feature. Berita adalah laporan peristiwa yang baru terjadi atau kejadian aktual yang dilaporkan di media massa. Tahap-tahap pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan fakta dan data peristiwa yang bernilai berita –aktual, faktual, penting, dan menarik—dengan “mengisi” enam unsur berita 5W+1H (What/Apa yang terjadi, Who/Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Where/Di mana kejadiannya, When/Kapan terjadinya, Why/Kenapa hal itu terjadi, dan How/Bagaimana proses kejadiannya) 2. Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan Bahasa Jurnalistik –spesifik= kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah (straight to the point), mudah dipahami orang awam. 3. Komposisi naskah berita terdiri atas: Head (Judul), Date Line (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, Lead (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian paling penting atau hal yang paling menarik, dan Body (Isi) berupa uraian penjelasan dari yang sudah tertuang di Lead . BENTUK JURNALISTIK MEDIA CETAK Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal dan visual. Verbal sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif. Sedangkan visual menunjuk pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. Materi berita yang ingin kita sampaikan kepada pembaca memang merupakan hal yang sangat penting. Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat, melainkan juga harus menarik, membangkitkan minat dan selera baca (surat kabar, majalah), selera dengar (radio siaran), dan selera menonton (televisi). Karya jurnalistik harus benar dan dikemas dalam bahasa dan penyajian yang dapat menarik perhatian para pembacanya. Media cetak di Indonesia berkembang sangat pesat dalam berbagai sisi. Selain mengikuti waktu terbitnya, baik setiap pagi atau petang, harian, mingguan, bulanan ataupun sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan Koran pun mengalami perubahan. Begitu pula dengan tampilan majalah. Sejak reformasi di Indonesia, banyak majalah bermunculan. Mereka mengejar kebutuhan masyarakat akan berbagai informasi, dari informasi ringan maupun informasi berat.. di berbagai majalah berita, misalnya para wartawan bukan hanya melaoprkan peristiwa yang terjadi pada public tapi juga mengejar berbagai informasi yang tersembunyi. Para wartawan dikirim meliput keberbagai situasi public, perusahaan komersial atau pemerintahan. Para reporter ditugaskan melaporkan kejahatan, bisnis, dan yang lainnya. Dan didasari kebijakan redaksi dan perusahaan yang baik, ditujukan untuk menerbitkan berbagai majalah dengan masing-masing spesifikasi target para pembacanya. 1. Surat Kabar Teknologi elektronik yang memasok televisi hampir di setiap rumah di dunia barat, ikut mendorong perkembangan proses percetakan surat kabar. Kehadiran televisi membuat permunculan Koran-koran yang dibagikan secara gratis. Iklan telah menutup biaya produksi percetakan surat kabar tersebut. Waktu terbitan surat kabarpun telah bervariasi, ada surat kabar harian dan mingguan, ada surat kabar pagi atau sore. Serta sasaran distribusinya ada yang hendak menjangkau beberapa ratus penduduk pada sebuah kota kecil dan ada pula yang memasok keseluruh rakyat pada sebuah negara, bahkan untuk seluruh orang di dunia sebagai “pasar” internasional. Sebuah surat kabar dinilai berbeda karena kesegaran berita yang disampaikan, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman liputan yan menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Ini sangat terkait denagn kebutuhan para pembacanya, baik dari sisi menarik informasi yang diinginkan oleh pembacanya, dari surat kabar yang ingin dilangganinya. Fungsi surat kabar pun bukan sekedar pelapor kisah-kisah atau kejadian orang seorang. Setiap orang memiliki hak untuk megetahui segala pernak-pernik kejadian. Karena, dari bekal informasi itulah, setiap orang dapat turut berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat. Untuk mendapatkan secara kepastian informasi, setiap orang membutuhkan wartawan surat kabar, yang bertugas sebagai wakil masyarakat untuk mencari dan memberi tahu tentang segala perisiwa yang terjadi dan dibutuhkan oleh masyarakat. Karena wartawan bertanggung jawab pada kebutuhan masyarakat akan informasi yang ada di lingkungannya. Perkembangan surat kabar menurut Encyclopedia Britannica sendiri bisa di lihat dari tiga fase. Pada fase pertama yaitu para pelapor yang megawali oenerbitan surat kabar yang muncul secara sporadic dan secara gradaual kemudian menjadi penerbitan yang regural yang teratur waktu terbit dan materi pemberitaan serta khalayak pembacanya. Perkembangan masyarakat akhirnya membuat pertumbuhan surat kabar menjadi institusi penerbitan mapan yang diakui masayakat. Fase yang kedua yaitu pertumbuhan kemampuan jurnal-jurnal regular yang masih rentan terhadap berbagai tekanan masayarakat. Penyensoran terhadap berbagai subyek materi informasinya kerap diterima surat kabar. Setiap pendirian surat kabar mesti memiliki izin dari berbagai pihak yang berkuasa. Fase ketiga yaitu masa penyensoran telah tiada namun berganti dengan berbagai bentukan pengendalian. Kebebasan pers memang telah didapat. Berbagai pemberitaan sudah leluasa disampaikan. Tetapi, system kapitalisasi industry masyarakat kerap jadi pengontrol. Di lakukan antara lain melalui pengenaan pajak, penyuapan dan sanksi hukum yang di lakukan kepada berbagai media dan pelaku-pelakunya. Berdasarkan itulah kemandirian surat kabar ditentukan dalam masyarakat. 2. Majalah Perkembangan majalah memiliki beberapa tahapan menurut Encyclopedia Britannica. A. Abad ke-17 Pada masa Cina kuno pernah di terbitkan sesuatu yang menyerupai majalah, tapi majalah yang kita kenal saat ini baru di kenal semenjak ditemukannya mesin cetak di Barat. Awalnya mesin cetak tersebut di gunkan untuk membuat pamphlet, selebaran, buku-buku cerita dan kalender. Lalu secara bertahap disalurkan untuk mencatak terbitan regular dengan mengumpulkan berbagai macam bahan yang ditujukan untuk menyalurkan kepentingan masing-masing. Dan pada akhirnya majalah menempati posisi di antara buku dan surat kabar. Jenis majalah yang kebih ringan isisnya, atau berkala hiburan, pertama kali terbit pada tahun 1672, didirikan oleh seorang penulis yang bernama Jean Donneau de Vinci. B. Abad ke-18 Perkembangan di Inggris, di tandai dengan keadaan masyarakat yang telah meningkat kemampuan “melek-huruf” khususnya di kalangan perempuan. Di tambah menggejalanya kesadaran masyarakat akan hal-hal baru. Majalah member kebutuhan akan hal itu dan menampakkan kemapana oleh karenanya. Di Inggris kemapanan penerbitan majalah di pengaruhi oleh tiga essay periodicals (esai-esai berkala) yakni terbit seminggu tiga kali dan sebagai harian. C. Abad ke-19 Di awal terbitannya, berbagai majalah didesain hanya untuk kalangan terbatas. Sejak tahun 1830-an, bermuncullah majalah-majalah berharga murah, yang ditujukan kepada public yang lebih luas. Awalnya majalah ini menyajikan materi-materi yang bersifat meningkatkan, mencerahkan, dan menghibur keluarga. Tapi pada akhir abad 18, berkembang majalah-majalah popular yang semata-mata menyajikan hiburan. Di Inggris yang menjadi pelopor majalah jenis baru ini adalah Charles Knight. Dan muncul pula berbagai penerbitan majalah serially yang dipenuhi oleh gambar-gambar ilustrasi. Pada akhir abad ke-19, penerbitan majalah mengalami peningkatan pasar. Masyarakat mendapatkan banyak informasi dan hiburan. Di AS, penerbitan majalah terjadi setelah ekspansi besar-besaran pasca perang sipil, juga berkat meningkatnya kecepatan pengiriman majalah lewat pos. D. Abad ke-20 Pada awalnya iklan sangat di tentang oleh berbagai majalah. Alasannya menjaga nilai-nilai satrawi (kesusastraan) dipakai sebagai penguat penolakan. Di Inggris, ketika pajak iklan diturunkan, pada tahun 1853, dan para pemasang iklan mulai menyerbu, berbagai pengelola majlah di antaranya memasang argumen, “tugas dari suatu jurnal yang mandiri ialah melindungi sejauh mungkin untuk mudah percaya, meyakini, dan tak waspada pada kepintaran (tersembunyi)pemasang iklan”. Di Amerika, banyak majalah juga seperti itu, misalnya memasang ketatnya aturan pada para pengiklan. Akan tetapi, iklan sudah menjadi tenaga industry media. Penerbitan majalah, sebagian besarnya, termasuk medium yang di dorong oleh iklan. Majalah berita Time, yang diterbitkan tahun 1923 oleh Briton Hadden dan Henry Luce. Majalah Time setiap minggunya menulis ulang berbagai berita untuk penduduk pedesaan. Ia menjiplak pemadatan (mengintisarikan) model majalah Digests dan majalah saku. Tetapi Time adalah yang pertama-tama menyajikan secara ringkas dan sistematis segala berita di seluruh dunia. Ia memakai dasar pandangan bahwa “masyarakat menjadi tuna berita karena ketiadaan publikasi yang mau mengadaptasi kesibukan orang-orang yang hanya memiliki waktu sedikit untuk membaca berita”. Semua itu mula-mula dikerjakan secara amatiran dan banyak kesulitan. Hadden dan Luce tidak punya banyak pengalaman saat mulai meringkas berita dari kumpulan surat-surat kabar harian. Tetapi usaha tersebut menanjak pasti, menemukan pasarnya di kalangan alumni perguruan tinggi yang jumlahnya membengkak. Selain majalah berita, ada pula jenis pocket magazine (majalah-majalah saku), specialized magazines (majalah-majalah khusus), serta majalah-majalah scholarly (ilmiah), cultural (kebudayaan), dan literary (kesusastraan). Di Indonesia, masyarakat mengenalnya lewat majalah intisari yang berisi berbagai feature ringan tentang berbagai kisah kehidupan. Majalah-majalah specialized mengisi pula perkembangan dunia penerbitan majalah. Di tengah peningkatan sirkulasi majalah-majalah umum, beredar pula majalah-majalah yang melayani minat-minat khusus masyarakat. Majalah jenis ini diklasifikasikan kedalam tema-tema materi professional (seperti perdagangan dan teknikal) dan jurnal-jurnal nonprofessional. Sejumlah Kategori Majalah Berikut adalah kategori majalah, menurut Encyclopedia Britannica: 1. Majalah umum. Majalah ini berisi berbagai macam hal dan ditujukan tidak pada segmen tertentu. Contohnya adalah majalah Reader’s Digest atau intisari. 2. Majalah-majalah berkualitas. Majalah ini menawarkan artikel-artikel yang khusus. Kualitas artikelnya tidak bisa dipublikasikan dimana saja. Kualitas artikelnya tidak termasuk dalam kategori biasa-biasa saja. Contohnya adalah National Geograpic. 3. Majalah penerbangan. Sejenis majalah internal yang ditujukan kepada para penumpang pesawat terbang. Majalah jenis ini masih satu rumpun dengan majalah umum. Sifat internal majalah ini menyebabkan isi materinya disesuaikan dengan profil penumpang pesawat terbang, dikarenakan kebanyakan penumpang pesawat itu berprofesi sebagai pengusaha, maka umumnya artikel yang disajikan tidak terlepas dari tema bisnis dan hiburan. 4. Majalah berita. Merupakan satu bentuk publikasi yang mengombinasikan unsur aktualitas peristiwa mingguan dengan peliputan mendalam dan penulisan feature mingguan personal. Isi majalahnya kebanyakan ditulis dengan menggunakan pendekatan feature. 5. Divisi majalah dalam Koran. Ini adalah majalah yang diterbitkan sejumlah surat kabar kepada pelanggan mereka yang memiliki minat dan perhatian tertentu. Umumnya majalah seperti ini berisi sketsa sosok-sosok penduduk local, lembar-lembar peristiwa dan sejarah, renungan pemikiran, peristiwa budaya, tentang kebun dan tentang kiat bisnis. 6. Majalah kota. Berkembang seiring dengan matinya majalah-majalah bersirkulasi nasional. Yang ditawarkan majalah kota adalah artikel-artikel survival untuk menghadapi problematika kota besar, ditambah sajian-sajian entertaint. 7. Majalah religius. Majalah ini memuat artikel-artikel keagamaan jenisnya cukup bervariasi mulai dari majalah bergaris keras-fundamentalis sampai yang bentuk lunak-kompromistis. 8. Majalah pria. Majalah khusus yang berbicara tentang hobi para pria seperti bertualang dan memancing. 9. Majalah wanita. Materinya mulai dari yang menawarkan tips-tips dapur hingga majalah yang diisi oleh aktivis feminis yang menuntut persamaan. 10. Shelter magazine. Ditujukan kepada khalayak yang menaruh minat pada hal-hal yang berkaitan dengan rumah, pertanaman, berkebun, dekorasi interior atau berbagai aktivitas rumah lainnya. 11. Majalah pertanian. Berisi artikel yang berkisar pada topic pertanian atau peternakan, berkebun dan menanam bunga. 12. Majalah olahraga. Tema berita maupun ulasan dan artikel berkisar pada olahraga dan aktivitas fisik di luar ruangan. 13. Jurnal perdagangan. Karena ditujukan untuk kepentingan bisnis, artikelnya pun kebanyakan berkisar soal bisnis dan ekonomi. 14. Majalah perusahaan. Ada yang ditujukan untuk khalayak umum, ada pula yang diterbitkan sekedar untuk memenuhi kebutuhan perusahaan menjalin kontak antar anggota. Para pengelolanya mendasarkan isinya kepada kepentngan public relations dari kelembagaan yang menerbitkannya. 15. Majalah fraternal-organisasi persaudaraan. Diterbitkan untuk kepentingan organisasi. Berisi materi yang melibatkanpara anggota dalam proyek-proyek organisasi. 16. Majalah opini. Berisi berbagai artikel opini. Misalnya, majalah yang bervisi politik tertentu. 17. Publikasi alternatif. Cakupan isinya di mulai dari minat yang sempit dengan format sederhana, namun tak tertutup kemungkinan jika di sukai public dan berkembang menjadi besar. 18. Majalah khusus lainnya. Majalah ini meliputi pertumbuhan dari kebutuhan, minat dan perhatian masyarakat yang dari hari ke hari kian bertambah sesuai dengan peningkatan hidup keseharian yang dikehendaki masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005 Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar